Isi kandungan Surah Ali Imran ayat 5 dan 6 menjelaskan tentang ilmu Allah yang sangat luas dan dengan segala kehendak-Nya.. Ilmu Allah dalam Surah Ali Imran ayat 5 dan 6 meyebutkan bahwa tidak ada yang tersembunyi bagi Allah baik yang ada dilangit dan bumi serta Allah yang menciptakan manusia.. Berikut ini bacaan Surah Ali Imran ayat 5 dan 6 lengkap dengan tulisan arab Rasulullah SAW pernah bersabda, "barangsiapa mengemukakan pendapatnya sendiri tentang isi Al-Qur'an , maka ia telah melakukan kesalahan walaupun pendapatnya itu benar". Untuk menafsirkan kandungan Al-Qur'an, diperlukan keahlian dalam 15 bidang diketahui, Al-Qur'anul-Karim memiliki zahir dan batin. Adapun maksud zahir Al-Qur'an adalah lafaz-lafaz Al-Qur'an yang dapat dibaca oleh semua orang. Sedangkan Batin Al-Qur'an adalah makna atau maksud Al-Qur'an yang dapat dipahami menurut keahlian Mas'ud RA berkata, "Jika kita ingin memperoleh ilmu, maka pikirkan dan renungkanlah makna-makna Al-Qur'an , karena di dalamnya terkandung ilmu orang-orang dahulu dan sekarang." Namun untuk memahaminya, seseorang harus menunaikan syarat dan adab-adabnya terlebih hanya bermodalkan pengetahuan beberapa lafaz bahasa Arab atau melihat terjemahan Al-Qur'an, seseorang berani menafsirkan Al-Qur'an dengan pendapatnya sendiri. Berikut 15 bidang ilmu yang harus dikuasai jika ingin menafsirkan Al-Qur'an .1. Ilmu ilmu untuk mengetahui arti setiap kata Al-Qur'an. Mujahid RA berkata "Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka tidak layak baginya berkomentar tentang tentang ayat-ayat Al-Qur'an tanpa mengetahui ilmu lugat. Sedikit pengetahuan tentang lughat tidaklah cukup karena kadang kala satu kata mengandung berbagai arti. Jika hanya mengetahui satu atau dua arti, tidaklah cukup. Bisa jadi kata itu mempunyai arti dan maksud yang Ilmu Nahwu tata bahasa.Sangat penting mengetahui ilmu Nahwu, karena sedikit saja i'rab hanya didapat dalam ilmu Ilmu Sharaf perubahan bentuk kata.Mengetahui ilmu Sharaf sangat penting, karena perubahan sedikit bentuk suatu kata akan mengubah maknanya. Ibnu Faris berkata, "jika seseorang tidak mempunyai ilmu sharaf, berarti ia telah kehilangan banyak hal." Dalam Ujubatut Tafsir, Syeikh Zamakhsyari menulis bahwa ada seseorang yang menerjemahkan ayat Al-Qur'an yang berbunyi {يَوْمَ نَدْعُوْا كُلَّ أُنَاسٍ بِامَامِهِم} "ingatlah pada suatu hari yang pada hari itu Kami panggil setiap umat dengan pemimpinnya." Surah Al Isra [17] 71. Karena ketidaktahuannya tentang ilmu Sharaf, ia menerjemahkan ayat itu seperti ini "Pada hari ketika manusia dipanggil dengan ibu-ibu mereka." Ia mengira bahwa kata 'imaam pemimpin yang merupakan bentuk mufrad tunggal adalah bentuk memahami ilmu sharaf, tidak mungkin akan mengartikan 'imaam sebagai Ilmu Isytiqaq akar kata.Mengetahui ilmu isytiqaq akan dapat diketahui asal-usul kata. Ada beberapa kata yang berasal dari dua kata yang berbeda, sehingga berbeda makna. Seperti kata 'masih' berasal dari kata 'masah' yang artinya menyentuh atau menggerakkan tangan yang basah ke atas suatu benda, atau juga berasal dari kata 'masahat' yang berarti Ilmu Ma'ani. Ilmu ini sangat penting diketahui, karena dengan ilmu ini susunan kalimat dapat diketahui dengan melihat Ilmu Bayaan. Yaitu ilmu yang mempelajari makna kata yang zahir dan yang tersembunyi, juga mempelajari kiasan serta permisalan Ilmu Badi'. Ilmu yang mempelajari keindahan bahasa. Ketiga bidang ilmu di atas juga disebut sebagai cabang ilmu Balaghah yang sangat penting dimiliki oleh para ahli tafsir. Al-Qur'an adalah mukjizat yang agung, maka dengan ilmu-ilmu di atas, kemukjizatan Al-Qur'an dapat Ilmu Qira'at. Ilmu ini sangat penting dipelajari, karena perbedaan bacaan dapat mengubah makna ayat. Ilmu ini membantu menentukan makna paling tepat di antara makna-makna suatu Ilmu Aqa’id. Ilmu yang mempelajari dasar-dasar keimanan. Kadangkala ada satu ayat yang arti zahirnya tidak mungkin diperuntukkan bagi Allah. Untuk memahaminya diperlukan takwil ayat itu, seperti ayat yang berbunyi {يدق الله فوق إيديهم} "Tangan Allah di atas tangan mereka." Surah Al Fath [48] 1010. Ushul Fiqih. Mempelajari ilmu ushul fiqih sangat penting, karena dengan ilmu ini kita dapat mengambil dalil dan menggali hukum dari suatu Ilmu Asbabun-Nuzul. Yaitu ilmu untuk mengetahui sebab-musabab turunnya ayat, sehingga suatu ayat mudah dipahami. Kadangkala maksud suatu ayat itu bergantung pada asbabun Ilmu Nasikh Mansukh. Ilmu ini mempelajari suatu hukum yang sudah dihapus dan hukum yang masih tetap Ilmu Fiqih. Ilmu ini mengkaji hukum-hukum syariat secara rinci dan akan mudah mengetahui hukum secara Ilmu Hadis. Ilmu ini perlu dikuasai untuk mengetahui hadis-hadis yang menafsirkan ayat-ayat Al-Qur' Ilmu Wahbi. Ilmu khusus yang diberikan kepada Allah kepada hamba-Nya yang istimewa, sebagaimana sabda Nabi SAW "Barangsiapa mengamalkan apa yang ia ketahui, maka Allah Ta'ala akan memberikan kepadanya ilmu yang tidak ia ketahui".Dikisahkan dalam satu riwayat, Ali bin Abi Thalib RA pernah ditanya oleh seseorang, "Apakah Rasulullah telah memberimu suatu ilmu atau nasihat khusus yang tidak diberikan kepada orang lain?" Maka Ali menjawab "Demi Allah, demi Yang menciptakan surga dan jiwa. Aku tidak memiliki sesuatu yang khusus kecuali pemahaman Al-Qur'an yang Allah berikan kepada hamba-Nya." Ibnu Adi Dunya berkata, "Ilmu Al-Qur'an dan pengetahuan yang didapat darinya seperti lautan yang tak bertepi."Untuk diketahui, 15 ilmu di atas merupakan alat bagi para mufassir Al-Qur'an . Seseorang yang tidak memiliki ilmu-ilmu itu lalu menafsirkan Qur'an, berarti ia telah menafsirkan menurut pendapatnya sendiri. 3 Orang yang Tidak Akan Mampu Menafsirkan Al-Qur'an 1. Orang yang tidak memahami Bahasa Orang yang berbuat dosa besar atau ahli bid'ah, karena perbuatannya itu membuat hatinya menjadi gelap dan menutupi pemahamannya terhadap Al- Qur' Orang yang dalam akidahnya mengakui makna zahir nash. Jika ia membaca ayat-ayat Al-Qur'an yang tidak sesuai dengan pikirannya logikanya, maka ia akan gelisah. Orang seperti ini tidak akan mampu memahami Al-Qur'an dengan A'lam Bish-Showabrhs SesungguhnyaAllah mencintai hamba yang taqwa, kaya hati dan tersembunyi. HR Muslim. Tersembunyi amalnya.. Tak suka dilihat manusia.. melalui jejaring sosial Facebook, Twitter yang Anda miliki. Semoga Allah Subhaanahu wa Ta'ala membalas kebaikan Anda. 0 shares. Facebook 0; a.n. Al Ilmu INFAQ. Konfirmasi : 0838 - 0662 - 4622. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Salam Kompasiana, Salam Kenal kepada seluruh Jurnalis Kompasiana. Ini Tulisan pertama saya, mudah-mudahan bermanfaat. Pengertian Ilmu Tersurat Disebut juga sebagai Text Book Thinking, dimana dalil-dalil dan dasar berargumentasi ada tulisannya tersurat, baik itu di bidang Agama Qur'an, Hadis,Ijma' dan Qias, maupun di bidang science ada sumber referensinya. Ilmu Tersurat Adalah Dalil yang di gunakan tidak ada tulisannya, namun secara substansi menggambarkan Makna dari sesuatu fakta kejadian atau suatu statement, namun ada referensinya sebagai rujukan. Ilmu Tersembunyi Fakta kejadian, Fenomena dan suatu pengkajian yang tidak ada dasar tulisannya, dimana substansi peristiwa dapat di rasakan kebenarannya beberapa waktu kemudian yang saat ini tidak dapat di terima secara logika akal. Untuk menjelaskan ke tiga hal tersebut diatas, penulis memberikan suatu contoh statement "Sesama Bis Kota Di Larang Saling Mendahului" Pertanyaan Apakah Bis Luar Kota Boleh Saling Mendahului? Nah, kita tentu dengan cepat menjawab "BOLEH", karena yang di larangkan Bis Dalam Kota! Inilah yang di sebut Ilmu Tersurat. Pada hal sebenarnya Peraturan ini juga berlaku Bagi Bis Luar Kota, karena secara substansi statement tersebut menggambarkan bahwa, bila sesama bis tersebut "saling mendahului" atau kebut-kebutan akan membahayakan penumpang Bis tersebut dan juga membahayakan pengguna jalan lainnya. Lihat kata "saling", dapat di artikan kejar-kejaran. Inilah yang di sebut Ilmu Tersirat, dalil tertulis tidak ada, namun dapat di gunakan sebagai dalil atau sumber hukum. Sedangkan Ilmu tersembunyi Ilmu yang sangat tinggi, yang hanya di berikan Allah swt kepada hambaNya yang Saleh dan di CintaiNya, tidak di berikan kepada hambaNya secara umum. Jadi secara akal dan logika orang kebanyakan, apa yang sampaikan atau statement yang di ucapkannya tidak masuk akal dan logika, namun beberapa waktu kemudian bahkan beberapa tahun kemudian, barulah dapat di ketahui kebenaran apa yang di ucapkan atau tindakan hamba yang mulia tadi. Kisah ini dapat di jumpai dalam Al-Qur'an Surat Al Kahf ayat 60 dst. yaitu kisah Nabi Musa dan Saidina Khidr as. Dalam kisah tersebut Saidina Khidr membunuh anak kecil, yang sangat di protes oleh Nabi Musa atas tindakan yang di lakukan Saidina Khidr tsb. Dalam ayat ke 65 Allah swt ".....hamba Kami yang telah Kami berikan Rahmat kepadanya dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan ilmu kepadanya dari sisi Kami". Fenomena dalam masyarakat, sering kita menyaksikan tentang Ilmu Tersirat, Tersirat dan Tersembunyi ini, sehingga khususnya dalam bidang Agama sering terjadi perdebatan, perbedaan pendapat yang kadang-kadang masalah yang di bahas menjurus kepada pertikaian. Penulis pernah mendengar fatwa seorang Ulama sangat terkenal dan sudah wafat, mengatakan tulang babi yang di buat untuk cangkong pipa untuk merokok itu boleh, menjawab pertanyan dari seorang pemirsa pada siaran Radio RI RRI, alasan ulama tersebut " yang di larangkan daging babi" coba anda tunjukkan dalam al Quran, apakah ada di katakan tulang babi itu haram? Nah,pembaca yang saya cintai, inilah sebagai contoh betapa bahayanya, jika pola pikir kita text book thinking" berargumen hanya berdasarkan Ilmu Tersurat saja. Penulis sangat kuatir, banyak sekali dalam Al- Quran Ilmu tersurat seperti ini, Coba Bayangkan jika surat Al -Isra' ayat 32 yang berbunyi " Dan janganlah kamu mendekati zina, zina itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu yang buruk", di tafsirkan " yang di larangkan mendekati, sedangkan melakukannya boleh nauzubillah minzalik. Lihat Cerpen Selengkapnya Jangankanyang ada di kalbu, semua yang di bumi dan di langit, tidak ada yang tersembunyi bagi Allah subhanahu wa ta'ala. Apabila demikian keluasan ilmu Allah subhanahu wa ta'ala, hendaklah setiap mukmin senantiasa merasa diawasi oleh Allah subhanahu wa ta'ala. Dia takut kepada-Nya di saat sendirian, sebagaimana halnya takut kepada Il s'agit du plus grave des interdits et du plus grand des péchés. C'est pourquoi il vient en quatrième position dans les interdits sur lesquels toutes les lois et les religions s'accordent car il s'agit d'interdits qui ne deviennent jamais permis, contrairement par exemple à la viande de la bête morte de mort naturelle ou de celle du porc ou du sang qui peuvent être rendus licites dans certains cas. C'est que les interdits sont de deux sortes - un interdit en soi qui n'est jamais rendu licite -un interdit qui peut devenir licite dans certains cas particuliers Allah dit sur l'interdit en soi "Mon Seigneur a interdit seulement les turpitudes apparentes ou cachées" / Puis Il passe à ce qui est plus grave "Le péché et la violence injuste". Puis Il passe à ce qui est encore plus grave "Il a interdit d'associer à Allah ce qui n'a reçu de Lui aucun pouvoir". Puis Il passe à ce qui est encore plus grave "et de dire contre Allah ce que vous ne savez pas". Cette dernière attitude constitue le plus grave des interdits auprès d'Allah car elle renferme du mensonge contre Allah et elle tend à Lui attribuer ce qui est indigne de Lui, à modifier Sa religion, à nier ce qu'Il a confirmé et à confirmer, ce qu'Il a infirmé, à réaliser ce qu'Il a annulé et vice-versa, à prendre pour ennemis ceux qui sont Ses amis et vice-versa, à aimer ce qui Lui répugne et vice-versa, et à lui attribuer des qualités qui ne conviennent pas à Son Essence, à Ses attributs, à Sa parole et à Ses actes. C'est donc auprès d'Allah le pire des espèces d'interdits qui est à l'origine du polythéisme et de l'impiété et qui est le fondement des hérésies et des égarements. En somme toute hérésie trompeuse dans la religion a pour origine le fait de parler d'Allah sans science. Voilà pourquoi les anciens pieux et leurs imams ont fustigé cette attitude avec la dernière énergie et dénoncé ses adeptes partout où ils se trouvaient sur la terre, mettant sévèrement en garde contre eux et insistant dans leur désapprobation de cette attitude plus qu'ils ne le faisaient en fustigeant les turpitudes, les injustices et les transgressions parce que la menace que les hérésies représentent pour la foi est de loin la plus grave. Du reste Allah fustige celui qui attribue dans Sa religion le caractère licite ou illicite à une chose, de son propre fait et sans la moindre preuve divine qui l'atteste. En effet Allah dit "Et ne dites pas, conformément aux mensonges proférés par vos langues "Ceci est licite, et cela est illicite", pour forger le mensonge contre Allah. Certes, ceux qui forgent le mensonge contre Allah ne réussiront pas. " / Qu'en serait-il de celui qui attribue à Allah des qualités dont Il ne s'est pas qualifié Lui-même ou qui Lui nie une qualité dont Il s'est qualifié Lui-même ? Quelqu'un parmi les anciens pieux disait Que l'un de vous prenne garde à dire "Allah a rendu ceci licite et a rendu ceci illicite", de peur qu'Allah ne lui dise " Tu as menti. Je n'ai pas rendu ceci licite et Je n'ai pas rendu cela illicite !" » Il faut dire que l'origine du polythéisme et de l'impiété c'est le fait de parler d'Allah sans science et connaissance. En effet le polythéiste prétend que ce qu'il adore en dehors d'Allah le rapproche d'Allah, intercède en sa faveur auprès de Lui et satisfait son besoin comme le font les médiateurs auprès des rois. Voilà pourquoi mentir sur l'Envoyé d'Allah , implique l'entrée en Enfer parce que ce genre de mensonge relève de ce qu'on dit nécessairement attribué à Celui qui l'a envoyé. Donc les péchés de tous les hérétiques relèvent de cette espèce et on ne peut s'en repentir qu'en désavouant les hérésies. Mais comment s'en repentir pour celui qui ne sait même pas que c'est une hérésie puisqu'il croit que ce qu'il fait c'est une sunna à laquelle il appelle ? Un tel homme ne peut vraiment reconnaître ses péchés qui impliquent qu'il ne s'en repente que s'il connaît la véritable Sunna et se met à l'étudier et à approfondir ses connaissances à ce sujet. Ce que les hérétiques ne font jamais. Pourtant c'est la Sunna qui anéantit l'hérésie. Lorsque son soleil se lève sur le cœur du serviteur elle dissipe de son cœur les brumes de toute hérésie et élimine les ténèbres de tout égarement car les ténèbres ne peuvent tenir tête au pouvoir du soleil. Mais le serviteur ne peut distinguer la Sunna de l'hérésie qu'en suivant la vraie Sunna et qu'en émigrant à chaque instant avec son cœur vers Allah dans la sincérité et qu'en émigrant vers Son Messager à travers l'attachement à puiser dans ses paroles, ses actes et sa conduite exemplaire, car comme l'indique le hadîth authentique "Celui qui émigre vers Allah et Son Messager, son émigration sera effective vers Allah et Son Messager" Quant à celui qui émigré vers autre chose, se sera sa part dans le bas-monde, et dans la vie future. Sources Par Ibn Qayyim El-Djawziyya Les sentiers des itinérants Pour être informé des derniers articles, inscrivez vous
\n \n\n \nilmu allah yang tersembunyi
BUKUHADITS QUDSI (Menyingkap Firman Allah Yang Tersembunyi) Berbeda dengan Al-Qur'an, dalam hadits qudsi Tuhan tidak pernah menyebut dirinya dengan Allah, ataupun dengan nama, Dia lebih mencintai memanggil dirinya sendiri dengan kata ganti, "Aku". Ketika ditanya siapa Dia (Tuhan), Dia hanya menjawab, "Aku hanyalah Aku". loading...Syekh Abdul Qadir Al-Jilani dalam satu kitabnya menerangkan awal mula penciptaan. Beliau mengupas rahasia Ilahi dan ilmu Laduni yang jarang dibahas di kajian-kajian umum. Foto/dok SINDOnews Permulaan penciptaan termasuk salah satu ilmu yang jarang diungkap ke publik. Siapa sebenarnya yang pertama kali diciptakan oleh Tuhan seluruh alam, Allah 'Azza wa Jalla. Benarkah Nabi Adam atau 'Arasy 'Arsy atau langit dan bumi? Mari kita simak keterangan Syekh Abdul Qadir Al-Jilani dalam karyanya "Sirrul Asror". Syekh Abdul Qadir Al-Jilani 470-561 H merupakan sosok ulama besar yang dijuluki Sulthonul Auliya. Beliau menguasai banyak ilmu di antaranya ilmu tauhid, fiqih, Hadis dan ilmu makrifat sehingga banyak ulama berguru padanya. Salah satu karyanya adalah Kitab Sirrul Asror. Kitab ini menyingkap rahasia Ilahi dan ilmu Laduni. Tidak banyak ulama yang dapat menyingkap rahasia langit dan bumi. Syekh Abdul Qadir Jilani menerangkan bahwa Allah Yang Maha Tinggi pada permulaannya menciptakan "Nur Muhammad" dari cahaya suci Keindahan-Nya. Dalam Hadis Qudsi Dia berfirman "Aku ciptakan ruh Muhammad daripada Nur Wajah-Ku". Ini dinyatakan juga oleh Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dalam sabdanya "Mula-mula Allah ciptakan ruhku. Pada awalnya diciptakan-Nya sebagai ruh suci". "Mula-mula Allah ciptakan Al-Qalam pena". "Mula-mula Allah ciptakan akal". Apa yang dimaksudkan sebagai ciptaan permulaan itu ialah penciptaan hakikat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Kebenaran tentang Muhammad yang tersembunyi. Dia juga diberi nama yang indah-indah. Dia dinamakan nur, cahaya suci, kerena dia dipersucikan dari kegelapan yang tersembunyi di bawah sifat jalal Allah. Allah Yang Maha Tinggi berfirman قَد جاءَكُم مِنَ اللَّهِ نورٌ وَكِتٰبٌ مُبينٌ"Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan." QS Al-Maaidah Ayat 15Dia dinamakan akal yang meliputi akal universal karena dia telah melihat dan mengenali segala-galanya. Dia dinamakan Qalam kerana dia menyebarkan hikmah dan ilmu dan dia mencurahkan ilmu ke dalam huruf-huruf. Ruh Muhammad adalah zat atau hakikat kepada segala kejadian, permulaan dan kenyataan alam maya. Baginda Nabi menyatakan hal ini dengan sabdanya "Aku dicipta dari Allah dan sekalian yang lain dari aku".Allah menciptakan sekalian ruh-ruh dari ruh baginda Nabi di dalam alam kejadian yang pertama, dalam bentuk yang paling baik. "Muhammad" adalah nama semua kemanusiaan di dalam alam arwah. Beliau adalah sumber, asal usul dan kediaman bagi sesuatu dan segala-galanya. 'Arasy Diciptakan Setelah Nur MuhammadEmpat ribu tahun setelah diciptakan cahaya Muhammad, Allah baru menciptakan 'Arasy dari cahaya mata Muhammad. Kemudian Allah ciptakan makhluk yang lain dari 'Arasy. Kemudian Dia hantarkan ruh-ruh turun kepada peringkat penciptaan yang paling rendah, kepada alam kebendaan, alam jirim dan badan. ثُمَّ رَدَدنٰهُ أَسفَلَ سٰفِلينَ"Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya neraka." QS at-Tin ayat 5 Allah menurunkan cahaya itu dari tempat ia diciptakan, dari alam lahut, yaitu alam kenyataan bagi Zat Allah, bagi keesaan, bagi wujud mutlak, kepada alam nama-nama Ilahi, hakikat sifat-sifat Ilahi, alam bagi akal asbab milik ruoh yang meliputi ruh universal. Di sana Dia pakaikan ruh-ruh itu dengan pakaian cahaya. Ruh-ruh ini dinamakan "ruh pemerintah". Dengan berpakaian cahaya mereka turun kepada alam Malaikat. Di sana mereka dinamakan "ruh ruhani". Kemudian Dia arahkan mereka turun kepada alam kebendaan, alam jirim, air dan api, tanah dan angin dan mereka menjadi "ruh manusia". Kemudian dari dunia ini Dia ciptakan tubuh yang berdaging, berdarah. مِنها خَلَقنٰكُم وَفيها نُعيدُكُم وَمِنها نُخرِجُكُم تارَةً أُخرىٰ"Dari bumi tanah itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu dan daripadanya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain". QS Ta Ha ayat 55Setelah melalui tingkatan ini Allah memerintahkan ruh-ruh supaya memasuki badan-badan dan dengan kehendak-Nya mereka pun سَوَّيتُهُ وَنَفَختُ فيهِ مِن روحى فَقَعوا لَهُ سٰجِدينَ"Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya ruh ciptaan Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya..." QS Shad Ayat 72 Sampai masanya ruh-ruh itu terikat dengan badan, dengan darah dan daging dan lupa kepada asal usul kejadian dan perjanjian mereka. Mereka lupa tatkala Allah ciptakan mereka pada alam arwah dan telah bertanya kepada mereka "Adakah aku Tuhan kamu? Mereka telah menjawab "Iya, bahkan!"
YaAllah, ditahun baru 1 Muharram 1444H ini Aku berdoa untuk diriku, orang tua ku, Saudara saudara ku muslimin dan muslimat Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah
Menyembunyikan ilmu yang telah Allah turunkan merupakan perbuatan terlarang. Allah akan melaknatnya. Begitu pula semua makhluk. Pada Hari Kiamat Allah akan mengikat mulutnya dengan tali kekang dari api Neraka. Allah Ta’ala berfirman اِنَّ الَّذِيْنَ يَكْتُمُوْنَ مَآ اَنْزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنٰتِ وَالْهُدٰى مِنْۢ بَعْدِ مَا بَيَّنّٰهُ لِلنَّاسِ فِى الْكِتٰبِۙ اُولٰۤىِٕكَ يَلْعَنُهُمُ اللّٰهُ وَيَلْعَنُهُمُ اللّٰعِنُوْنَ “Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan yang jelas dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam al-Kitab, mereka itu dilaknati oleh Allah dan dilaknati pula oleh semua makhluk yang dapat melaknati.“ QS al-Baqarah 159 Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, beliau bersabda, مَنْ سُئِلَ عَنْ عِلْمٍ فَكَتَمَهُ، أَلْجَمَهُ اللَّهُ بِلِجَامٍ مِنْ نَارٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ “Barangsiapa ditanya tentang suatu ilmu lalu ia menyembunyikannya, niscaya Allah akan mengikat mulutnya dengan tali kekang dari api Neraka pada Hari Kiamat.” Hadis sahih. Diriwayatkan oleh Abu Dawud, at-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad, Ibnu Hibban, ath-Thayalisi, Ibnu Abi Syaibah, al-Baghawi, dan al-Hakim Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, مَنْ كَتَمَ عِلْمًا، أَلْجَمَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِلِجَامٍ مِنْ نَارٍ “Barangsiapa menyembunyikan ilmu, Allah akan mengikat mulutnya dengan tali kekang dari api Neraka pada Hari Kiamat.” Hadis hasan. Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban, al-Hakim, dan al-Khathib al-Baghdadi Kandungan Hadis 1️⃣ al-Munawi berkata dalam Faidhul Qadir, “Hadis ini berisi sangsi hukum atas sebuah dosa, karena sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian dari ahli kitab agar mereka mengajarkan ilmu kepada manusia dan tidak menyembunyikannya. Hal itu merupakan anjuran untuk mengajarkan ilmu, sebab tujuan menimba ilmu adalah menyebarkannya dan mengajak manusia kepada kebenaran. Orang yang menyembunyikan ilmu pada hakikatnya telah membatalkan tujuan ini. Ia amat jauh dari sifat orang yang bijaksana dan mutqin kokoh ilmunya. Oleh karena itu, balasannya adalah diikat atau dikekang, seperti hewan yang dikendalikan dengan tali kekang. Ia dikekang dari apa yang dikehendakinya. Karakter seorang alim adalah mengajak manusia kepada kebenaran dan membimbing mereka kepada jalan yang lurus.” 2️⃣ al-Baghawi menukil perkataan al-Khaththabi dalam Syarhus Sunnah, “Ilmu yang tidak boleh disembunyikan adalah ilmu yang harus diajarkan kepada orang lain dan hukumnya fardu ain. Misalnya Seorang kafir ingin memeluk Islam. Ia berkata, “Ajarilah aku Islam!” Orang yang berilmu yang dimintai penjelasan tidak boleh menahan jawabannya. Seseorang baru saja masuk Islam. Ia belum dapat mengerjakan salat dengan baik, sementara waktu salat sudah tiba. Ia berkata, “Ajarilah aku cara mengerjakan salat.” Orang yang diminta tidak boleh menyembunyikan ilmunya. Seseorang datang meminta fatwa tentang halal dan haram. Ia berkata, “Berilah aku fatwa! Bimbinglah aku.” Dalam perkara ini kamu tidak boleh menahan jawabannya. Barangsiapa menyembunyikan ilmu dengan menahan jawaban, ia telah berdosa. Ia berhak mendapat ancaman tersebut. Namun, tidak demikian jika ilmu yang ditanyakan adalah ilmu yang tidak wajib dan tidak mesti diketahui oleh orang lain. Wallaahu a’lam.” Baca juga HARAM MENGAMBIL KHAMAR SEBAGAI OBAT Baca juga HARAM MELAKUKAN PENGOBATAN DENGAN BENDA-BENDA HARAM Syekh Salim bin Ied-al-Hilali Serba-Serbi
IlmuAllah Swt. itu dapat menembus sekat-sekat rahasia yang sangat tersembunyi dan samar sekalipun, karena bagi Allah Swt. tidak ada yang samar, semuanya tampak jelas di dalam pengetahuanNya. Ilmu Allah Swt. itu tidak perlu diusahakan dengan cara apapun. Berbeda dengan makhlukNya yang harus diusahakan dengan belajar, mencari banyak pengalaman
JANGAN SEMBUNYIKAN ILMUOleh Ustadz Abu Ismail Muslim AtsariAllâh Azza wa Jalla telah mengutus para Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang haq. Dan merupakan kewajiban para Rasul untuk menyampaikan agama kepada umat mereka masing-masing. Demikian para ulama pewaris para Nabi, mereka berkewajiban menjelaskan isi kitab suci kepada umat, tanpa menyembunyikannya. Allâh Azza wa Jalla berfirmanوَإِذْ أَخَذَ اللَّهُ مِيثَاقَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ لَتُبَيِّنُنَّهُ لِلنَّاسِ وَلَا تَكْتُمُونَهُDan ingatlah, ketika Allâh mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab yaitu “Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan janganlah kamu menyembunyikannya!” [Ali-Imrân/3187]Oleh karena itu menyembunyikan ilmu menyelisihi perjanjian ulama dengan Allâh, bahkan merupakan dosa besar sebagaimana dijelaskan oleh para ulama, karena pelakunya akan mendapatkan laknat. Imam adz-Dzahabi rahimahullah memasukkan perbuatan menyembunyikan ilmu di dalam kitabnya, Al-Kabâir, dalam urutan dosa besar ke SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM TIDAK MENYEMBUNYIKAN ILMU Oleh karena itu, sebagai panutan umat, Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam tidak menyembunyikan ilmu sama sekali. Para sahabat Beliau banyak memberikan kesaksian tentang hal ini, bahkan orang-orang dekat Beliau. Inilah Aisyah Radhiyallahu anhuma Ummul Mukminin, istri Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, bersaksi untuk Beliauعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ مَنْ حَدَّثَكَ أَنَّ مُحَمَّدًا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَتَمَ شَيْئًا مِمَّا أَنْزَلَ اللَّهُ عَلَيْهِ فَقَدْ كَذَبَ وَاللَّهُ يَقُولُ يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ الْآيَةَDari Aisyah Radhiyallahu anha, dia berkata “Barangsiapa menceritakan kepadamu bahwa Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam menyembunyikan sesuatu dari wahyu yang telah diturunkan oleh Allâh kepada Beliau, maka dia telah berdusta, Karena Allâh Azza wa Jalla berfirman Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu’ al-ayat Al-Mâidah/567. [HR. Bukhâri, no. 4612]Demikian juga, sahabat Anas bin Malik Radhiyallahu anhu, pembantu Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallam memberikan kesaksiannyaعَنْ أَنَسٍ قَالَ جَاءَ زَيْدُ بْنُ حَارِثَةَ يَشْكُو فَجَعَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ اتَّقِ اللَّهَ وَأَمْسِكْ عَلَيْكَ زَوْجَكَ قَالَ أَنَسٌ لَوْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَاتِمًا شَيْئًا لَكَتَمَ هَذِهِ Dari Anas, dia berkata “Zaid bin Haritsah datang mengadu kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam , maka Beliau bersabda kepadanya “Bertakwalah kepada Allâh dan tahanlah terus isterimu”. Anas berkata “Seandainya Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallam menyembunyikan sesuatu dari al-Qur’an pasti beliau telah menyembunyikan ini”. [HR. Bukhâri, no. 7420]MENYEMBUNYIKAN AL-HAQ ADALAH SIFAT AHLI KITAB Di dalam kitab suci al-Qur’an, Allâh Azza wa Jalla mencela ahli kitab atas sikap mereka yang suka menyembunyikan al-haq, Dia berfirmanيَا أَهْلَ الْكِتَابِ لِمَ تَلْبِسُونَ الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُونَ الْحَقَّ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَHai Ahli Kitab, mengapa kamu mencampur adukkan yang haq dengan yang bathil, dan menyembunyikan kebenaran, padahal kamu mengetahuinya? [Ali-Imrân/371]Di antara kebenaran yang mereka sembunyikan adalah tentang berita akan datangnya Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam yang ada di dalam kitab suci mereka. Allâh Azza wa Jalla Yang Maha Mengetahui membongkar perilaku mereka dengan firman-Nyaالَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَعْرِفُونَهُ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَاءَهُمْ ۖ وَإِنَّ فَرِيقًا مِنْهُمْ لَيَكْتُمُونَ الْحَقَّ وَهُمْ يَعْلَمُونَOrang-orang Yahudi dan Nasrani yang telah Kami beri Al Kitab Taurat dan Injil mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebahagian diantara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui. [Al-Baqarah/2146]BAHAYA MENYEMBUNYIKAN ILMU Ilmu merupakan cahaya dan petunjuk, maka jika ilmu disembunyikan, berarti manusia berada di dalam kegelapan dan kesesatan. Karenanya Allâh Azza wa Jalla melaknat orang-orang yang menyembunyikan ilmu dengan firman-Nyaإِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالْهُدَىٰ مِنْ بَعْدِ مَا بَيَّنَّاهُ لِلنَّاسِ فِي الْكِتَابِ ۙ أُولَٰئِكَ يَلْعَنُهُمُ اللَّهُ وَيَلْعَنُهُمُ اللَّاعِنُونَ ﴿١٥٩﴾ إِلَّا الَّذِينَ تَابُوا وَأَصْلَحُوا وَبَيَّنُوا فَأُولَٰئِكَ أَتُوبُ عَلَيْهِمْ ۚ وَأَنَا التَّوَّابُ الرَّحِيمُSesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan yang jelas dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dila’nati Allâh dan dila’nati pula oleh semua mahluk yang dapat mela’nati. Kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan kebenaran, maka terhadap mereka itulah Aku menerima taubatnya dan Akulah Yang Maha Menerima taubat lagi Maha Penyayang. [Al-Baqarah/2159-160]Karena khawatir terhadap ancaman yang terkandung di dalam ayat ini, maka Abu Hurairah giat menyebarkan hadits-hadits Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. [HR. Al-Bukhâri, no. 118]Selain itu, Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallam juga menjelaskan bahaya menyembunyikan ilmu agama yang harus disampaikan kepada umat sebagaimana hadits berikut iniعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا مِنْ رَجُلٍ يَحْفَظُ عِلْمًا فَيَكْتُمُهُ إِلَّا أُتِيَ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مُلْجَمًا بِلِجَامٍ مِنْ النَّارِ Dari Abu Hurairah, bahwa Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda “Tidak ada seseorang yang hafal suatu ilmu, namun dia menyembunyikannya, kecuali dia akan didatangkan pada hari kiamat dengan keadaan dikekang dengan tali kekang dari neraka”. [HR. Ibnu Majah, no. 261; Syaikh al-Albani menyatakan tentang hadits ini Hasan ShahîhDi dalam riwayat lain disebutkanعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ سُئِلَ عَنْ عِلْمٍ عَلِمَهُ ثُمَّ كَتَمَهُ أُلْجِمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِلِجَامٍ مِنْ نَارٍ Dari Abu Hurairah, dia berkata Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallam bersabda “Barangsiapa ditanya tentang suatu ilmu yang dia mengetahuinya, namun dia menyembunyikannya, maka dia akan diberi tali kekang dari neraka pada hari kiamat”. HR. Tirmidzi, no. 2649; Abu Dawud, no. 3658; Ibnu Majah, no. 264; dishahîhkan oleh Syaikh al-AlbaniPerkataan di dalam hadits di atas Barangsiapa ditanya tentang suatu ilmu yang dia mengetahuinya’, yaitu ilmu yang dibutuhkan oleh penanya dalam urusan agamanya; namun dia menyembunyikannya’, dengan tidak menjawab atau dengan menghalangi kitab/penulisan ilmu; maka dia akan diberi tali kekang’, yaitu di mulutnya diberi kekang/kendali, karena mulut itu adalah tempat keluarnya ilmu dan perkataan; dengan kekang dari neraka’, sebagai balasan baginya karena dia mengendalikan dirinya dengan diam. Dia diserupakan dengan hewan yang diatur dan dihalangi dari niatnya yang dia kehendaki, karena kedudukan seorang alim adalah mengajak menuju mengatakan “Ini adalah di dalam ilmu yang harus diajarkan, seperti orang kafir yang meminta penjelasan tentang agama Islam; orang baru masuk Islam bertanya tentang tata cara sholat yang telah datang waktunya; dan seperti orang yang meminta fatwa tentang halal dan haram; di dalam semua perkara ini wajib dijawab. Bukan pertanyaan dalam masalah ilmu-ilmu nafilah yang tidak wajib, yang tidak darurot/mendesak maka tidak wajib dijawab-pen”. [Lihat Tuhfatul Ahwadzi Syarh Sunan Tirmidzi, hadits no. 2649]PENUTUP Dengan penjelasan singkat ini, maka kita mengetahui bahwa orang yang berilmu agama berwajiban menyebarkan ilmunya dan tidak boleh menyembunyikannya. Jika dia melanggar hal ini, maka dia dilaknat oleh Allâh dan makhluk-Nya. Semoga Allâh selalu membimbing kita di atas jalan yang lurus. Âmîn.[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 11/Tahun XX/1438H/2017M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]
XlZnY.
  • e4j0imivz9.pages.dev/73
  • e4j0imivz9.pages.dev/29
  • e4j0imivz9.pages.dev/58
  • e4j0imivz9.pages.dev/272
  • e4j0imivz9.pages.dev/145
  • e4j0imivz9.pages.dev/320
  • e4j0imivz9.pages.dev/7
  • e4j0imivz9.pages.dev/191
  • ilmu allah yang tersembunyi